Jumat, 14 September 2012

HALITOSIS


A.    Halitosis
1.      Pengertian Halitosis
Menurut istilah kedokteran Bau Mulut adalah “fetor ex ore”, dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Halitose (Halitus=Bau, osis=Abnormal). Bau mulut adalah akibat dari proses perubahan bahan dalam rongga mulut yang mengandung ikatan sulfur (Supri., 2007).
Halitosis adalah bau nafas yang tidak enak, tidak menyenangkan dan menusuk hidung (Dentistry News, 2007). Bau Mulut merupakan suatu keadaan dimana terciumnya bau mulut pada saat seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium saat berbicara). Bau nafas disebabkan oleh mulut kering, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas dan makanan lain yang mengandung senyawa sulfur (Vyati, 2006).
Bau mulut merupakan hasil dari metabolisme kuman di dalam rongga mulut dan sisa-sisa makanan serta aktivitas bakteri anaerob gram negatif, yang merupakan produk hasil pemecahan protein yang mengandung sulfur berupa gas Volatile Sulfur Compound (VSC) yang mudah menguap (Kompas Cyber Media, 2008).
2.      Gejala halitosis
Kita sering tidak menyadari bahwa diri kita mengidap Halitosis. Kita mengetahui hal ini sering membuat kita rendah diri. Beberapa gejala bau mulut adalah : a) sering merasa tidak enak dalam mulut, b) orang lain berkomentar mengenai bau nafas anda, c) tanpa sadar, anda sering menggunakan produk penghilang bau mulut, penyegar nafas atau sejenisnya, d) anda merasakan mulut kering atau kondisi air liur lebih kental daripada biasanya  (Kompas, 2007).
3.      Penyebab halitosis
Bau mulut (Halitosis) dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.
a.       Faktor fisiologis terdiri dari :
1)      Kurangnya aliran ludah selama tidur
Air liur sangat penting untuk menjaga kesegaran nafas.  Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut.
2)      Makanan
Bau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bau mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti bawang putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian (Depkes R.I., 1996).


Gambar 1.
 halitosis

3)      Minuman atau alkohol
Alkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut.



4)      Kebiasaan merokok
Merokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa memicu terjadinya radang gusi dan dapat berakibat terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).
5)      Menstruasi
Wanita dalam masa haid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut (halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga halitosis sudah pasti akan terjadi (Depkes, R.I., 1996).
b.      Faktor patologis terdiri dari :
1)      Oral hygiene buruk
Kebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya halitosis, misalnya karena sisa-sisa makanan yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berjejal (Chahya dan Kanzil, 1987, cit. Karnida, 2007).
2)      Plak
Plak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembangbiak diatas suatu matrik yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Be Kien Nio, 1989).

3)      Karies
Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu: Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment (lingkungan) dan Time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum (Sriyono, 2005).
Gigi yang terserang karies (rusak atau berlubang) dapat menjadi salah satu sumber bau mulut. Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses pembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chahya dan Kanzil, 1987, cit. Karnida, 2007).
Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi :
a)      Menjaga kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari.
b)      Makanan
Semua karbohidrat dapat menyebabkan kerusakan gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Gula sederhana termasuk gula meja (sukrosa), gula didalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi.
c)      Fluor
Fluor menyebabkan gigi terutama email tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras yaitu sampai usia 11 tahun.
d)     Penambalan
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau.
e)      Terapi antibakteri
Orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Daerah yang rusak dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan ditambal maka diberikan obat kumur yang kuat (chlorhexidine) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri didalam plak yang tersisa (Medicastore, 2008).
4)      Bakteri
Bakteri adalah penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup dan berkembangbiak di dalam mulut dengan memakan sisa protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi (Rozali, 2007).
Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut ikut diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh karena mulut selalu berhubungan dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya berbagai kuman dari udara luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak adalah berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang ada dalam ludah (Machfoed, 2008).
5)      Gingivitis
Gingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman yang berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah (Triana, 2007). Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di percepat dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik (Depkes, R.I., 1996).
 Bau mulut dapat disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan bau mulut antara lain: a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c) penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan, e) sinusitis.