A. Halitosis
1.
Pengertian Halitosis
Menurut istilah
kedokteran Bau Mulut adalah “fetor ex ore”,
dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Halitose
(Halitus=Bau, osis=Abnormal). Bau mulut adalah akibat dari proses perubahan
bahan dalam rongga mulut yang mengandung ikatan sulfur (Supri., 2007).
Halitosis adalah bau nafas yang tidak enak, tidak
menyenangkan dan menusuk hidung (Dentistry News, 2007). Bau Mulut merupakan
suatu keadaan dimana terciumnya bau mulut pada saat seseorang mengeluarkan
nafas (biasanya tercium saat berbicara). Bau nafas disebabkan oleh mulut
kering, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas dan makanan lain yang mengandung
senyawa sulfur (Vyati, 2006).
Bau mulut merupakan hasil dari metabolisme kuman
di dalam rongga mulut dan sisa-sisa makanan serta aktivitas bakteri anaerob
gram negatif, yang merupakan produk hasil pemecahan protein yang mengandung
sulfur berupa gas Volatile Sulfur
Compound (VSC) yang mudah menguap
(Kompas Cyber Media, 2008).
2.
Gejala halitosis
Kita sering tidak menyadari bahwa diri kita
mengidap Halitosis. Kita mengetahui
hal ini sering membuat kita rendah diri. Beberapa gejala bau mulut adalah : a)
sering merasa tidak enak dalam mulut, b) orang lain berkomentar mengenai bau nafas
anda, c) tanpa sadar, anda sering menggunakan produk penghilang bau mulut,
penyegar nafas atau sejenisnya, d) anda merasakan mulut kering atau kondisi air
liur lebih kental daripada biasanya
(Kompas, 2007).
3.
Penyebab halitosis
Bau mulut (Halitosis)
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.
a.
Faktor fisiologis terdiri dari :
1)
Kurangnya aliran ludah selama tidur
Air liur sangat penting untuk menjaga kesegaran
nafas. Pengeluaran air liur akan
berkurang ketika tidur, hal ini menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau
mulut.
2)
Makanan
Bau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa
jenis makanan yang dapat menyebabkan bau mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur
seperti bawang putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti
petai, jengkol, dan durian (Depkes R.I., 1996).
Gambar 1.
halitosis
3)
Minuman atau alkohol
Alkohol dapat
mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi jaringan mulut yang akhirnya
semakin memperparah bau mulut.
4)
Kebiasaan merokok
Merokok dapat
memperburuk status kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa memicu terjadinya
radang gusi dan dapat berakibat terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).
5)
Menstruasi
Wanita dalam
masa haid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut (halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut
berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada kenyataannya
menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga halitosis sudah pasti akan terjadi (Depkes, R.I., 1996).
b.
Faktor patologis terdiri dari :
1)
Oral hygiene buruk
Kebersihan mulut
yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya halitosis, misalnya karena sisa-sisa makanan yang menempel dan
sulit dibersihkan terutama pada gigi berjejal (Chahya dan Kanzil, 1987, cit. Karnida, 2007).
2)
Plak
Plak adalah
suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembangbiak
diatas suatu matrik yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi apabila
seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Be Kien Nio, 1989).
3)
Karies
Karies gigi
adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu: Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment
(lingkungan) dan Time (waktu) yang
menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali
yaitu email, dentin dan sementum (Sriyono, 2005).
Gigi yang terserang karies (rusak atau berlubang)
dapat menjadi salah satu sumber bau mulut. Lubang pada gigi tersebut dapat
menjadi penyimpanan makanan yang menjadi tempat kuman memperoleh media untuk
proses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses
pembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat
dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chahya dan Kanzil, 1987, cit. Karnida, 2007).
Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam
mencegah terjadinya karies gigi :
a)
Menjaga kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari.
b)
Makanan
Semua karbohidrat dapat menyebabkan kerusakan gigi, tetapi yang paling
jahat adalah gula. Gula sederhana termasuk gula meja (sukrosa), gula didalam
madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa)
memiliki efek yang sama terhadap gigi.
c)
Fluor
Fluor menyebabkan gigi terutama email tahan terhadap asam yang menyebabkan
terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh
dan mengeras yaitu sampai usia 11 tahun.
d)
Penambalan
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang
sulit dijangkau.
e)
Terapi antibakteri
Orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi
antibakteri. Daerah yang rusak dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan
ditambal maka diberikan obat kumur yang kuat (chlorhexidine) selama beberapa
minggu untuk membunuh bakteri didalam plak yang tersisa (Medicastore, 2008).
4)
Bakteri
Bakteri adalah penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup dan berkembangbiak di dalam mulut
dengan memakan sisa protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi (Rozali,
2007).
Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut
ikut diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh karena mulut
selalu berhubungan dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya berbagai kuman
dari udara luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak adalah berada
didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang ada
dalam ludah (Machfoed, 2008).
5)
Gingivitis
Gingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman
yang berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah (Triana,
2007). Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya
tanda-tanda penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan
di percepat dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik (Depkes, R.I.,
1996).
Bau mulut dapat
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan bau mulut antara lain: a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, b)
mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c) penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan,
e) sinusitis.